http://irfansyahsetiaku.blogspot.com/

Thursday 20 March 2014

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN : PENGELOLAAN KELAS

PENGELOLAAN KELAS

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidkan
Dosen : Nurkholis, M.Pd.




Disusun Oleh:
Aris Sutrio (130641259)
Ati Atikah (130641247)
Irfan Fafirullah (130641182)
Lola Monika Anisa (130641246)

Kelas: SD.13-A.6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang “Pengelolaan Kelas”, kami memaparkan pentingnya pengelolaan kelas, peraturan tingkah laku di dalam kelas, program khusus untuk pengelolaan kelas, dan mengidentifikasi masalah-masalah di dalam kelas.
Kami juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Nurkholis, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini. Dan kepada semua pihak yang terlibat, kami juga menyampaikan rasa terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.




                                                                    Cirebon, Deseember 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
           
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.     Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.    Pentingnya Pengelolaan Kelas................................................................. 3
B.     Peraturan Tingkah Laku di Dalam Kelas................................................ 14
C.     Program Khusus untuk Pengelolaan Kelas............................................. 17
D.    Mengidentifikasi Masalah-masalah di Dalam Kelas............................... 21

BAB III PENUTUP....................................................................................... 25
A.    Kesimpulan.............................................................................................. 25
B.     Saran........................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 26


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persyaratan utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien ialah tersedianya pendidik yang mampu memenuhi pengelolaan kelas yang efektif. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan pendidik harus mampu menciptakan kondisi kelas yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan bermutu. Kualitas proses dan hasil pembelajaran yang optimal diperlukan guru atau dosen yang mampu memenej atau mengelola kelas.
Salah satu indikator yang menyatakan bahwa pendidik yang profesional adalah memiliki kemampuan mengelola kelas, yaitu menyediakan suasana yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Apabila belum kondusif maka seorang pendidik harus berupaya seoptimal mungkin untuk menguasai, mengatur dan membenahi, serta menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Menciptakan iklim belajar yang kondusif, efektivitas dan efesiensi pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Pendidik dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman dan menyenamgkan.
Suasana kelas yang kondusif dan optimal dalam proses pembelajaran dapat tercapai jika pendidik mampu mengatur peserta didik dan sarana prasarana pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar mengajar serta dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul di dalam kelas.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Pentingnya pengelolaan kelas.
2.      Peraturan tingkah laku di dalam kelas.
3.      Program khusus untuk pengelolaan kelas.
4.      Mengidentifikasi masalah-masalah di dalam kelas.

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1.      Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2.      Mengetahui pentingnya pengelolaan kelas.
3.      Memahami peraturan tingkah laku di dalam kelas.
4.      Mengetahui program khusus pengelolaan kelas.
5.      Dapat mengidentifikasi masalah-masalah di dalam kelas serta dapat memecahkan masalah tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang manajer yang efektif adalah seorang yang mengoordinasi dan menyusun kegiatan untuk menemukan tujuan dan sasaran khusus. Di samping itu, harapan orang tua dan masyarakat supaya anak-anak atau siswa mencapai tujuan belajar untuk masa depan mereka sekarang lebih besar dibandingkan zaman dulu dalam sejarah. Mengelola kelas adalah suatu keterampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu selama pengajaran.
Guru membutuhkan keterampilan yang sama seperti ahli teknik atau direktur sebuah stasiun televisi. Guru kelas mengatur sejumlah tugas secara rinci selama mengajar setiap hari. Berikut adalah sampel yang hanya mewakili dari beberapa kegiatan utama yang dilakukan guru setiap hari:
·         Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran
·         Melanjutkan interaksi dengan siswa
·         Melaksanakan pengajaran
·         Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda
·         Mengembangkan tata tertib
·         Menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar
·         Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran
·         Membuat tes dan melakukan penilaian.


1.    Definisi Pengelolaan Kelas
Berdasarkan penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson (1981),pengelolaan kelas didefinisikan seperti berikut.
·      Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena ketertiban siswa di kelas.
·      Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.
·      Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Definisi ini mempunyai tiga komponen yang jelas yang mencakup pokok-pokok penting yang sesuai dengan poin 1, 2, dan 3.
a.    Keterlibatan siswa secara aktif
Definisi ini menekankan kebutuhan akan aktivitas guru untuk melibatkan siswa dalam proses belajar. Siswa yang aktif belajar hanya mempunyai kesempatan sedikit untuk tidak mengerjakan tugas atau bertingkah laku menyimpang. Memerintahkan siswa untuk tetap melaksanakan tugas adalah aspek penting dalam pengajaran dan pengelolaan kelas.
b.    Sedikit gangguan
Definisi kedua dari pengelolaan kelas memusatkan perhatian akan kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang teratur  untuk  belajar. Guru tidak berhenti mengajar dan siswa juga tidak berhenti belajar. Di  dalam kelas selalu ada saja yang namanya gangguan atau kekacauan. Sebagian besar masalah sebetulnya hanya merupakan hal yang biasa-biasa saja atau normal-normal saja. Hampir semua siswa, walaupun mereka dapat menyesuiakan diri, tetap saja  melakukan hal-hal, seperti berbicara dengan teman, tertawa, mengunyah permen karet, membadut, lupa membawa pensil, terlambat, keliling kelas atau bermain-main  walaupun sedang mengerjakan tugas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada masalah lain yang lebih serius, seperti merusak, menolak untuk mengerjakan tugas, bermusuhan dengan guru, mengisap ganja, membolos, dan berkata-kata cabul.
c.    Penggunaan waktu belajar yang efisien
Banyak waktu yang terbuang selama pengajaran tiap hari. Pendekatan yang efisien untuk memaksimalkan penggunaan waktu meliputi prosedur sebagai berikut. Ketika sisw masuk kelas, mereka akan membaca tugas yang telah ditulis guru di papan tulis atau membaca tugas yang diletakan guru di tiap bangku siswa. Guru berperan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa secara individual sellama yang ain mengerjakan tugas.
2.    Perspektif Pengelolaan Kelas
Perspektif pengelolaan kelas terdiri atas dua yaitu, perspektif sejarah dan perspektif psikologi.
a.    Perspektif Sejarah
Pengaturan kelas dan disiplin telah banyak ditukis selama akhir abad 20. Walaupun demikian sekolah dan pengelolaan kelas masih diteliti, dan didiskusikan dan diperdebatkan dalam tulisan sejak adanya wajib belajar sekolah. Arthur C (1990) dalam buku The Management of a City School, mengidentifikasi sejumlah sifat-sifat dan ketrampilan mengelola kelas yang sebaiknya dimiliki guru yang efektif. Berikut adalah sifat-sifat yang diharapkan oleh siswa :
1)   Sikap Tenang. Guru yang tenang membuat siswa tidak stres.
2)   Teguh dan Tegas. Siswa menaruh hormat kepada guru yang teguh pendirian dan tegas dalam bertindak
3)   Rajin dan Kuat. Guru yang rajin dan semangat dalam bekerja akan menjalar pada siswa-siswanya
4)   Gembira. Guru yang gembira dan bersemangat akan menghasilkan kerja yang maksimal
5)   Simpati. Simpati yang artinya lebih dalam, yaitu simpati yang betul-betul wajar yang secara jujur guru ingin mendapatkan pandangan dari sudut siswa
6)   Hangat. Kebutuhan akan kehangatan bukanlah sesuatu yang terlalu emosional. Guru yang lembut dan menghargai siswa akan tampak ketika berhubungan dengan siswa
7)   Waspada. Guru mempunyai ketajaman mata, telinga, dan persepsi yang terlatih.

b.    Perspektif psikologi
Perkembangan teori-teori tentang pengelolaan kelas berasal dari bagian bidang psikologi. Dua teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas berdasarkan teori Skinner dan Rogers. Baik Skinner maupun Rogers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas. Banyak dari pendekatan untuk pengelolaan kelas sekarang berdasarkan dua teori ini.
Reinforcement . B. F Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau diubah. Siswa memperlihatkan bermacam-macam tingkah laku dikelas. Contoh, jika guru menanyakan suatu pertanyaan dikelas, beberapa siswa mengacungkan tangan mereka, sedangkan yang lain menjawab sambil berteriak. Tingkah laku keduanya adalah wajar untuk siswa pada saat itu. Guru ingin siswa sebelum menjawab mengacungkan tangannya lebih dahulu dari pada menjawab dengan berteriak dan menganggu saat tanya jawab.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip reinforcement guru hanya akan memberi kesempatan kepada siswa yang menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu. Reinforcement kemungkinan menambah tingkah laku khusus yang akan berlanjut pada waktu yang akan datang.
Mengubah tingkah laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktik pendidikan pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa dapat diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku. Banyak reinforceryang digunakan untuk mengubah tingkah laku siswa, meliputi hadiah (reward)  untuk tingkah laku yang tepat atau hukuman untuk tingkah laku yang tidak tepat.
c.    Menetapkan Aturan
Seorang guru yang efektif menetapkan beberapa aturan-aturan pokok (paling sedikit lima atau enam) dan prosedur yang dibutuhkan untuk kelas supaya berfungsi efektif. Seperti lampu jalan yang digunakan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap mobil untuk masuk dan pergi pada persimpangan jalan, aturan kelas dibutuhkan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk belajar.
Siswa melihat guru sebagai model. Seorang guru yang konsisten dalam memperkuat aturan-aturan kelas akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan tenang tanpa gangguan. Sikap untuk terus konsisten tidak mudah dan memerlukan usaha terus-menerus.
Aturan-aturan. Aturan yang ditetapkan guru harus dinyatakan secara positif. Contoh: “Bawa pensil, buku, dan kertas folio ke kelas,” “Angkat tanganmu,” jika ingin menjawab “ Jangan lari-lari dalam kelas” (untuk anak-anak TK) adalah contoh dari aturan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat negatif. Peraturan ini mengatakan siswa apa yang tidak boleh dilakukan, tetapi gagal untuk mengembalikan tingkah laku yang tidak tepat. Peraturan ini penting bagi siswa dengan harapan siswa dapat melaksanakn dengan senang hati. Peraturan seharusnya ditempatkan pada papan yang dapat dilihat oleh semua siswa.
Tiga pendekatan yang menetapkan peraturan pada hari pertama sekolah memberikan suatu kerangka kerja untuk siswa. Peraturan bertindak sebagai penuntun bagi tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima. Membiarkan siswa untuk mengembangkan aturan akan mendorong siswa berpartisipasi.
Banyak guru membuat serangkaian aturan bagi siswa ketika mereka bertemu siswa untuk pertama kali. Paling sedikit ada tiga cara di mana guru dapat menetapkan aturan untuk kelas.
1)   Guru mempersiapkan aturan dan menyampaikannya kepada siswa pada hari pertama. Waktu dihabiskan guru untuk meninjau dan menjelaskan aturan.
2)   Guru dapat menetapkan aturan sendiri, tetapi pertama siswa harus mendiskusikan dan meninjau kebutuhan akan aturan dan prosedur.
3)   Guru menyampaikan 3 atau 4 peraturan, dimana dia percaya bahwa peraturan itu penting dan membolehkan kelas menambah 2 atau 3 peraturan pada daftar yang mereka yakini sebagai suatu kebutuhan.
Tanpa memandang prosedur yang digunakan dalam menetapkan aturan dikelas, kunci untuk menentukan aturan adalah kemampuan guru untuk “mengajar” dan kemudian mempraktikan aturan-aturan tersebut dengan siswa ketika dia mengajar matematika, ilmu pengetahuan atau pelajaran bahasa Inggris.
d.   Konsekuen
Guru mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memberikan beberapa konsekuen untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat. Konsekuen yang paling umum untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat meliputi penggunaan teguran secara verbal, menambah pekerjaan rumah, penahanan untuk beberapa waktu, atau hukuman badaniah. Semua bentuk hukuman ini dimaksudkan supaya siswa ikut ambil bagian dalam mencapai tujuan sekolah dengan menggunakan tambahan tugas akademik atau tetap tinggal setelah sekolah usai. Hukuman penahanan bermaksud untuk menyelesaikan masalah agresif yang kemungkinan berkembang lebih besar untuk masa yang akan datang. Peringatan verbal dari guru mempunyai maksud untuk menghapuskan kembalinya tingkah laku yang tidak tepat.  Kesalahan yang dibuat beberapa guru tanpa disadari kadang-kadang menemukan dirinya sendiri berteriak kepada siswa.
Guru dapat menetapkan hierarki 5 atau 6 konsekuen untuk pelanggaran aturan dikelas. Guru mungkin menyimpan buku dan catatan atau daftar aturan yang telah dilanggar siswa pada waktu pelajaran. Siswa ditanya untuk menulis aturan-aturan yang telah mereka langgar atau mereka ditanya apakah mau membawa catatan ke rumah untuk menjelaskan kepada orang tua masalah pelanggaran yang terjadi di kelas dan mengganggu proses belajar-mengajar. Konsekuen yang harus diterima siswa karena telah melanggar aturan harus cocok dengan pelanggaran yang dilakukan. Dalam hal ini, pencegahan adalah kunci dalam pengelolaan kelas yang efektif. Sebaiknya, kita tidak bergantung pada konsekuen yang berlebihan, sebab dapat mengarah pada lingkungan belajar yang menakutkan. Menciptakan keseimbangan antara aturan, konsekuen, dan hadiah adalah penting.
e.    Penguatan
Guru sebagai pemeran model adalah penting, terutama untuk tingkat sekolah dasar. Pemeran model ini penting bagi guru dalam mencegah tingkah laku yang tidak tepat. Pujian guru kepada siswa yang melakukan tugasnya dengan baik kelihatannya sederhana, tetapi hasilnya sangat efektif.
Hadiah (reward). Sudah bertahun-tahun guru menggunakan beberapa metode untuk memperkuat atau memberikan hadiah terhadap tingkah laku siswa yang tepat. Guru, kepala sekolah, observer telah melaporkan bahwa suasana positif yang diciptakan oleh pujian verbal dan sistem reinforcement untuk mengurangi sejumlah masalah pengelolaan kelas berhasil baik.
Penggunaan teknik pengubahan tingkah laku di kelas perlu diperhatikan. Penggunaan hadiah dan sistem mengabaikan tingkah laku dikelas mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain sebagai berikut.
Siswa mungkin menjadi sangat tergantung pada pujian atau hadiah untuk tingkah laku yang tepat.
1)   Peranan guru sebagai pengontrol mungkin tidak cocok dengan filsafat guru.
2)   Biaya yang dikeluarkan guru yang menggunakan hadiah nyata mungkin tinggi.
3)   Sistem mungkin tidak membantu kepercayaan diri dan kemandirian siswa.
4)   Hadiah tidak konsisten dengan prinsip memilih bebas secara demokratis, ekspresif, dan mandiri.
Beberapa pendidik selama ini mengembangkan program pengelolaan kelas berdasarkan pandangan B. F. Skinner (1953), pendidik lain mengikuti jalur Carl Rogers (1969), yang menekankan kebutuhan akan kegiatan penyerahan diri (self- directed) bagi individu. Rogers menaruh perhatian pada konsep diri (self-concept) siswa dan pada pemberian arti pengalaman belajar. Rogers melihat peranan guru sebagai fasilitator lebih dari pada sebagai orang yang berwenang (authoritative).
William Glasser, dalam buku Control Theory in the Class room (1985) menjelaskan bahwa siswa adalah seorang yang rasional yang dapat mengontrol tingkah laku mereka. Bahkan jika kehidupan siswa jauh dari sekolah yang suram dan menyedihkan, dia akan bekerja jika dia menemukan sekolah yang memuaskan. Tujuan dari sekolah menurut Glasser adalah memungkinkan siswa untuk membuat pilihan yang baik tentang tingkah laku mereka dan kegiatan-kegiatan di kelas dan dalam hidup dan mengerti konsekuensi dari tingkah laku yang tidak tepat.
Kesalahan tujuan. Rudolf Dreikurs (1982) dan teman-temannya melihat tingkah laku menyimpang oleh siswa sebagai hasil dari empat kesalahan tujuan, yaitu :
1)   untuk mendapatkan perhatian yang tidak semestinya atau tidak pantas,
2)   untuk mencari kekuatan, 
3)   untuk membalas dendam, dan
4)   untuk menunjukkan ketidakmampuan (nyata atau diasumsikan).
        Anak mungkin tidak menyadari tujuan ini sampai tujuan ini dibawa ke perhatiannya. Dreikurs menyarankan sebaiknya guru merespons tingkah laku siswa yang ingin mendapatkan perhatian dengan merefleksikan tingkah laku kembali kepada siswa.
Dreikurs berbicara tentang tiga tipe guru: otoriter, serba membolehkan (permissive), dan demokratis. Dia percaya bahwa guru yang otoriter akan memaksa siswa untuk menaati yang pada waktu itu masalah yang timbul tidak ada. Guru yangpermissive menciptakan masalah ketika tidak ada batas yang konsisten yang ditetapkan untuk kegiatan sehari-hari di kelas. Guru yang demokratis adalah seorang manajer yang paling efektif, karena guru menjadi pemimpin dalam kelas, memberi contoh, dan mengundang siswa untuk ikut berpartisipasi melalui pembuat keputusan yang efektif. Aturan dan konsekuensi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan oleh karena itu harus menjadi bagian dari kelas. Kebebasan dalam kelas membawa tanggung jawab karena merupakan jantung dari masyarakat demokratis.
3.    Komunikasi
Pengajaran adalah lebih dari sekedar memberikan informasi pada sekelompok siswa. Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk mengajar dan belajar. Suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai tanggung jawab dan mengorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefisien mungkin, dan mengatur jalannya interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
a.    Harapan-harapan
Komunikasi guru dengan siswa melalui kata-kata verbal dan nonverbal, dalam hubungannya dengan cara guru mengorganisasi kelas. Siswa juga mempunyai harapan terhadap lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa mempunyai persepsi terhadap masalah lingkungan sekolah, organisasi kelas, dan terhadap disiplin sekolah. Guru dapat bertanya kepada dirinya sendiri bagaimana kira-kira persepsi siswa terhadap pekerjaan guru sebagai pengajar sebagai berikut.
1)   Bagaimana persepsi siswa jika begitu masuk kelas siswa segera diberi tahu tentang tugas hari ini?
2)   Apakah siswa mengatakan kebaikan, jumlah, mutu, pekerjaan selama periode waktu itu?
3)   Apakah siswa tahu bagaimana bahan pelajaran disampaikan di kelas dan bahan-bahan apa yang mereka harus bawa ke kelas?
4)   Apakah siswa tahu di mana dia harus duduk, di kelompok mana dia harus masuk, kapan bekerja sendiri, dan kapan bekerja dengan kelompok?
5)   Apakah siswa menyadari akan harapan guru terhadap tingkah laku mereka?
Berikut daftar dari suatu survei terhadap pengelolaan kelas yang diadaptasi dari Rick Curvin dab Barbara Fuhrmann (1987). Item  sebagian besar dikutip oleh guru-guru SD dan SMP yang meliputi (1) tujuan, (2) respek, (3) ketertiban, (4) keterbukaan, (5) keamanan, dan (6) perhatian. Kita akan membicarakan setiap bidang ini dan menggambarkan bagaimana kita dapat mengembangkan harapan-harapan yang dapat diwujudkan untuk siswa-siswa kita.
b.    Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal artinya dengan kuat mengirimkan informasi kepada siswa. Jika tidak ada kesesuaian antara pernyataan verbal dan pernyataan nonverbal atau gerakan tubuh dari guru, siswa akan selalu merespon informasi nonverbal.
Interaksi nonverbal. Interaksi guru dan siswa ada pada tingkat verbal dan nonverbal. Guru mungkin memuji secara nonverbal. Beberapa pujian di kelas dapat dikomunukasikan secara nonverbal. Seorang guru mungkin tersenyum saat siswa menjawab dengan benar atau mengangguk untuk menunjukkan bahwa siswa pada jalan yang benar. Gerakan tangan dapat diartikan dengan dorongan. Guru juga mengomunikasikan perasaan negatif dengan cara nonverbal. Nada suara guru yang marah menunjukkan bahwa dia tidak senang. Menata dan mengerutkan dahi berarti mengharapkan siswa menghentikan tingkah laku negatif. Dalam berkomunikasi, guru kadang-kadang menggunakan bentuk nonverbal dalam mengelola kelas.
Pengaturan nonverbal. Guru dapat menggunakan 3 kunci strategi mana pun pada tingkat apa pun untuk menghentikan tingkah laku.
1)   Kedekatan Fisik. Guru dapat berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama siswa duduk mengerjakan tugas. Siswa akan kurang melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil, seperti berbicara, jika melihat guru mereka aktif memonitor pekerjaan akademik dan tingkah laku mereka.
2)   Kontak mata. Guru membutuhkan kontak mata (eye contact) dengan seluruh siswa di kelas sedang mengerjakan tugas, guru dapat mendatangani siswa yang mempunyai pertanyaan dari pada siswa yang menuju ke meja guru untuk bertanya. Dua atau tiga siswa yang mendatangani meja guru akan menghalangi pandangan seluruh kelas.
3)   Sikap diam. Kombinasi kontak mata dengan sikap diam (silence) akan membiarkan guru untuk melihat siswa, contoh, siswa yang sedang berbicara selama pengajaran. Dalam banyak kasus, ketika guru berhenti berbicara, seorang siswa yang bersalah akan melihat tatapan guru.
Komunikasi verbal dan nonverbal adalah penting dalam proses belajar-mengajar yang sukses. Mengajar adalah pekerjaan yang sangat umum. Siswa secara tepat akan memperhatikan tingkah laku dan keputusan guru. Kesan pertama dalam kenyataannya penting. Kesani ini di mulai dari hari pertama sekolah ketika siswa masuk kelas kita. Kesan siswa dimulai dari pola komunikasi yang terjadi di tiap-tiap kelas. Mengembangkan pola-pola komunikasi mulai hari pertama dilanjutkan sampai akhir tahun.
B. PERATURAN TINGKAH LAKU DI DALAM KELAS
Mulailah peraturan-peraturan pada permulaan tahun pengajaran secara tepat. Emmer et.al. (1980) mempelajari kegiatan-kegiatan guru pada permulaan tahun dikorelasikan dengan tingkah laku siswa pada akhir tahun pelajaran. Mereka membandingkan antara guru yang mengajar dengan selalu memberikan tugas secara teratur dan guru yang memberikan tugas tidak teratur. Mereka terencana dengan baik, prestasi siswa-siswa lebih bagus dari pada kelas yang tidak diberikan tugas secara teratur dan terencana pada permulaan tahun.
1.    Mengembangkan Sistem Pengelolaan Kelas yang Efektif
Evertson dan Emmer (1982) menyampaikan tiga pokok penting dalam pengelolaan kelas yang efektif, yaitu  merencanakan pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sebelum tahun ajaran baru, mengatur mata pelajaran selama beberapa minggu pertama, dan mengembangkan perilaku untuk melaksanakan dan mengatur sistem dalam setahun.
2.    Rencana Sebelum Dimulai Ajaran Baru
Fase membuat perencanaan mengatur kelas meliputi tiga langkah, yaitu:
a.    Menentukan tingkah laku siswa yang diharapkan
b.    Menerapkan harapan-harapan ke dalam prosedur dan aturan-aturan
c.    Mengidentifikasi konsekuen-konsekuen

3.    Kegiatan Pada Tahun Ajaran Baru
Tahun ajaran baru adalah penting karena guru dapat merumuskan sistem aturan-aturan dan prosedur-prosedur, dan siswa-siswa dapat mengembangkan harapan-harapan tentang tingkah laku mereka dikelas. Evertson dan Emmer 91982b) menyarankan prosedur berikut untuk minggu-minggu pertama masuk dikelas.
a.    Sisihkan beberapa waktu pada hari-hari pertama atau pada pertemuan pertama dikelas untuk membicarakan aturan-aturan.
b.    Beritahukan pada siswa-siswa mengenai tata cara dalam kelas sesistematis mungkin.
c.    Beritahukan prosedur atau tata cara seperti yang dibutuhkan oleh siswa-siswa untuk menghadapi aspek-aspek khusus dalam kelas sehari-hari.
d.   Libatkan anak dalam tugas-tugas yang mudah dan pujilah keberhasilan mereka dalam sehari-hari pertama disekolah.
e.    Gunakan kegiatan-kegiatan hanya dengan memusatkan pada seluruh kelompok atau yang memerlukan prosedur secara sederhana, paling sedikit beberapa hari pada hari-hari pertama masuk sekolah.
f.     Jangan mengasumsikan siswa-siswa mengerti bagaimana pelaksanaan prosedur atau tata cara dalam satu kali percobaan. Dengan kata lain, guru yang hanya menerangkan sekali bukan berarti bahwa siswa segera mengerti apa yang guru katakan sehingga mereka dapat melakukan. Tanyakan pada siswa apakah mereka mengerti dan dapat melakukan tata cara atau prosedur di dalam kelas.
4.    Mempertahankan Sistem Pengelolaan Kelas yang Efektif  Sepanjang Tahun
Guru harus memonitor tingkah laku siswa dengan hati-hati untuk melihat apakah aturan dan prosedur-prosedur itu diikuti. Tujuan untuk memonitor ini adalah untuk mendeteksi tingkah laku yang tidak tepat, sebelum tingkah lakuitu menjadi masalah utama, dan untuk menjelaskan kemungkinan terjadi kesalahpahaman pada siswa terhadap apa yang sebetulnya guru harapkan. Guru kadang-kadang melihat dan mengamati siswa-siswa yang sedang melakukan tugas sekolah, berkeliling mengecek apakah semua siswa bekerja dengan baik. Memonitoring pada permulaan tahun amat penting untuk mengetahui apakah tingkat kesulitan pekerjaan rumah dan tugas-tugas lain sesuai dengan tingkat kemampuannsiswa dikelas. Jika siswa-siswa mengalami kesulitan, guru dapat memutuskan untuk mengubah pendekatan instruksional yang diperlukan. Aspek lain dalam mempertahankan sistem pengelolaan yang baik ialah mengatur timgkah laku yang tepat tidak menjadi perhatian siswa karena guru tidak menyampaikannya, dan akibatnya kemungkinan akan terjadi masalah serius.
Evertson dan Emmer (1982b) dalam studi mereka melaporkan, manajer-manajer yang efektif menggunakan metode yang langsung dan sederhana dalam menghadapi kegagalan. Dengan mengikuti aturan-aturan dan prosedur. Mereka membuat permintaan yang jelas berkenan dengan tingkah laku yang diharapkan dan menghindari reaksi yang berlebihan dan emosional, dengan menggunakan prosedur berikut.
a.    Sampaikan pada siswa untuk berhenti bertingkah laku yang tidak tepat atau tidak baik. Guru terus menerus kontak dengan siswa sampai tingkah laku yang tepat dapat ditunjukan.
b.    Buatlah kontak mata dengan siswa sampai siswa kembali bertingkah laku yang baik. Ini cocok jika guru yakin bahwa siswa tahu prosedur apa yang benar.
c.    Ingatkan siswa akan aturan-aturan dan tcara yang benar.
d.   Tanyakan pada siswa untuk mengidentifikasi prosedur-prosedur yang benar. Berikan umpan balik jika siswa tidak mengerti.
e.    Jatuhkan konsekuensi atau hukuman terhadap suatu pelanggaran terhadap prosedur atau tatanan atau aturan. Hukuman untuk pelanggaran suatu aturan dilaksanakan secara sederhana sampai aturan itu ditepati dengan benar. Jika siswa mengerti prosedur dan aturan, tetapi tidak melaksanakan atau mengikuti dengan semestinya dan mengatakan alesan yang tidak tepat, guru dapat menggunakan hukuman ringan, misalnya haknya dikurangi.
f.     Mengubah aktivitas. Kadang-kadang penyimpangan tingkah laku terjadi jika siswa bosan dengan tugas-tugas mereka atau menghafal materi pelajaran yang kurang berguna.
Aspek pendekatan Evertson dan Emmer dalam merumuskan sistem pengelolaan yang efektif adalah mengembangkan tanggung jawab siswa (accountability). Fase ini meliputi beberapa tingkah laku penting.
Jelaskan tugas-tugas pekerjaan termasuk detail-detail selengkap mungkin, kapan hari terakhir dikumpulkan, dan bagaimana prosedur menyusun tugas
a.    Komunikasikan tugas-tugas sehingga tiap siswa tahu secara tepat apa yang harus dilakukan dan bagaimana prosedur menyusun tugas.
b.    Monitoring pekerjaan siswa selama dikelas dengan berkeliling diantara siswa dan mengecek secara sistematis kemajuan setiap siswa.
c.    Periksa tugas siswa untuk memberikan umpan balik terhadap tugas yang diberikan dan untuk memperbaiki tugas yang akan datang.
d.   Berikan umpan balik kepada siswa dengan mengembalikan pekerjaan siswa secepat mungkin.
Tanggung jawab yang utama adalah mengomunikasikan kepada siswa apa yang betul-betul guru maksudkan, apa yang guru katakan, dan prosedur atau aturan-aturan apa yang telah guru buat untuk dikembangkan pada hari-hari pertama tahun ajaran baru. Semua ini tidak akan membuat siswa menunggu terlalu lama hal-hal yang tidak konsisten antara apa yang guru katakan dan apa yang guru lakukan.  
C. PROGRAM KHUSUS UNTUK PENGELOLAAN KELAS
Sistem reinforcer yaitu lebih formal. Ada tiga kemungkinan, yaitu konsekuensi atau tanggung jawab kelompok (group responssibility), program token (token reinforcement programs), dan program kontrak (contingency contract program)
1.    Tanggung Jawab Kelompok
Penguatan (reinforcement) dapat didasarkan pada tingkah laku seluruh kelas dengan cara menjumlahkan tingkah laku masing-masing siswa. permainan tingkah laku baik adalah contoh dari pendekatan ini. Satu kelas dipisah menjadi dua tim. Aturan khusus untuk tingkah laku baik ditetapkan. Setiap kali seorang siswa melanggar satu aturan, tim dari siswa itu diberikan angka. Tim dengan sedikit angka akan menerima hadiah khusus khusus atau hak-hak istimewa ( istirahat lebih lama,diberikan ekstra waktu dalam membuat eksperimen dan sebagainya) pada akhir satu periode. Jika kedua tim mendapatkan kebih sedikit dari jumlah angka yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka kedua tim mendapatkan hadiah.
Harris dan Sherman (1987) menemukan bahwa satu kriteria yang sama dengan empat angka bekerja efektif dalam menentukan tingkah laku yang baik. Sebagian besar studi ini menunjukkan bahwa walaupun hanya menghasilkan perbaikan kecil dalam prestasi akademik, permainan ini dapat menghasilkan perbaikan yang nyata atau pasti dalam tingkah laku yang didaftar sebagai aturan tingkah laku yang baik. Kelas dibagi ke dalam tim, dan memberikan angka kepada satu atau kedua tim mengikuti aturan. Anggota tim akan menang atau kedua tim, jika setiap anggota menerima sejumlah angka yang diperlukan, kemudian hadiah dikumpulkan mereka sekali dalam seminggu (Fihbein dan Wasik,1991). Penelitian lain menemukan bahwa permainan tingkah laku yang baik (good behavior) lebih efektif dari pada perhatian guru mengontrol tingkah laku yang mengganggu di kelas 4 dan 5 SD. Tambahan  lagi, guru lebih memilih teknik permainan dari pada teknik memuji tingkah laku yang baik dan mengabaikan tingkah laku yang idak diinginkan (Warner, Miller dan Cohen, 1998).
Pendekatan kedua melibatkan reinforcement yang berdasarkan tingkah laku kelompok secara keseluruhan. Wilson dan Hopkin (1983) memimpin suatu penelitian dengan menggunakan tanggung jawab kelompok untuk mengurangi kegaduhan.
Peringatan. Dalam banyak cara, program menggunakan konsekuen atau tanggung jawab kelompok telah sukses berdasarkan konsekuen individu. Bagaimanapun juga, kewaspadaan diperlukan untuk menerapkan pendekatan kelompok. Beberapa sistem memerlukan siswa secara individu untuk mendapatkan angka bagi seluruh kelompok. Konsekuensi dari kegagalan mungkin besar, terutama untuk siswa yang mempunyai kesulitan dalam berteman.
Bahkan dengan prosedur yang melibatkan semua siswa, tekanan dari peer atau kelompok mungkin memberatkan siswa yang tidak dapat memuaskan kelompok dengan mengumpulkan angka yang diperlukan, atau siswa harus bertanggung jawab jika kehilangan angka. Tekanan peer atau kelompok ini tidak selalu mudah bagi guru untuk memonitor. Tekanan peer dalam bentuk dukungan atau dorongan dapat berpengaruh positif. Guru mungkin dapat menunjukkan siswa bagaiman memberikan dukungan dan umpan balik yang konstruktif kepada teman-teman sekelas. Tanggung jawab kelompok adalah salah satu dari banyak program khusus.
2.    Program Token Reinforcement
Sistem token reinforcement ―penguat sekunder seperti mata uang yang dapat ditukarkan untuk membeli kepuasaan primer ― dapat membantu menyelesaikan masalah ini dengan membiarkan semua siswa mendapatkan token untuk pekerjaan akademik dan tingkah laku positif dikelas. Token mungkin berupa, angka, check, kartu, mainan yang berbentuk uang, atau apa saja yang mudah diidentifikasi sebagai milik siswa. Secara periodik siswa menukar token yang telah mereka dapat untuk beberapa hadiah yang mereka inginkan.      
Menurut O’Leary dan Drabmant (1981), program token telah sukses mengurangi tingkah laku yang mengacau, menambah belajar, dan mengarah pada prestasi akademi yang lebih besar dalam berbagai kelas. Contoh yang baik dari progran token dapat ditemukan dalam penelitian Rollin, McCandles, Thomson, dan Brassel (1989). 16 guru dilatih dalam loka karya dengan menggunakan teknik memuji dan mengabaikan tingkah laku yang tidak diinginkan dan token reinforcement. Pada tahun berikutnya, mereka melaksanakan prosedur ini dikelas satu, dua, tiga, enam, delapan. Prestasi siswa dalam semua kelas ini dibandingkan dengan prestasi dari siswa yang sama dalam empat belas kelas yang dibandingkan.
Siswa diberikan token untuk tingkah laku positif, dalam hal ini adalah kartu hadiah. Program token menghabiskan waktu, keuntungan yang didapat sangat bermanfaat. Dengan program yang diorganisasi dengan baik, beberapa siswa barang kali dimaafkan. Hak-hak khusus dan pekerjaan yang sering diberikan untuk siswa yang terbaik dalam membantu guru, membantu sebagai pimpinan, bekerja pada proyek secara bebas, dapat dibuat sebagai bagian dari sistem reward yang tersedia untuk semua siswa. setiap siswa yang terlibat dalam  program token reinforcement juga mempunyai bukti yang dapat dilhat dari kemajuan yang dibuat, dalam bentuk token yang dapat dihitung setiap hari. Akhirnya, siswa dapat belajar sejumlah pelajaran yang penting dalam program token.
Beberapa variasi dimungkinkan dalam membuat program token. Dalam beberapa program siswa dilatih untuk menjadi manager, membagikan token, dan membebaskan guru untuk memusatkan pada kegiatan lain. Variasi lain adalah membiarkan siswa untuk mendapatkan token dikelas dan saling menukar hadiah dirumah. Rencana ini sangat sukses ketika orang tua bersedia untuk bekerja sama. Catatan atau laporan tertulis selalu dikirim kerumah setiap hari atau dua kali seminggu. Catatan ini menunjukkan jumlah angka yang didapat awal periode. Angka mungkin ditukar untuk melihat teve beberap menit, memperoleh mainan khusus, waktu untuk bertemu dengan orang tua, atau menabung hadiah yang lebih besar seperti berekreasi ke suatu tempat. Apapun variasinya, sejumlah langkah dasar harus diambil dalam mengatur program token reinforcement. Pedoman akan diberikan pada orang lain.
3.    Program Kontrak
Dalam program kontrak, guru menyusun kontrak individu dengan setiap siswa untuk menjelaskan secara tepat apa yang harus siswa lakukan untuk mendapatkan hak-hak khusus atau hadiah. Proses negoisasi dapat menjadi pengalaman pendidikan itu sendiri sebagai siswa yang belajar untuk tujuan yang pantas dan patuh pada aturan kontrak reinforcement juga harus dinyatakan dalam istilah yang sangat khusus dan dalam kasus penawaran reward tidak hanya untuk siswa yang malu terlibat tetapi juga untuk seorang teman.
Jika kita ingin membuat skala program hadiah dikelas, sebaiknya kita mencari nasihat dari seorang profesional. Sering konselor sekolah, psikolog atau kepala sekolah dapat membantu. Sebaiknya, kita tetap harus hati-hati menggunakan program hadiah ini. Penerapan yang tidak tepat dan metode yang diberikan hadiah eksternal, dapt mengurangi motivasi instrinsik siswa untuk belajar. Tujuan pengajaran adalah untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.
D. MENGIDENTIFIKASI MASALAH-MASALAH DI KELAS
1.    Masalah-masalah pengelolaan kelas
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
a.    Masalah Individual
1)   Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)
2)   Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
3)   Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam)
4)   Helpessness (peragaan ketidakmampuan)
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
b.    Masalah Kelompok
1)   Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan social ekonomi dan sebagainya.
2)   Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
3)   Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya
4)   “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok
5)   Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.

2.    Dimensi Pengelolaan Kelas
a.    Dimensi Pencegahan
Dimensi pencegahan (preventif) dapat merupakan tindakan guru dalam megatur siswa dan peralatan atau format belajar mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan di sekolah kita dapat menempuh berbagai usaha antara lain :
1)   Meningkatkan kesadaran diri dari guru
2)   Meningkatkan kesadaran siswa
3)   Sikap tulus dari guru
4)   Menemukan dan pengenalan alternative pengelolaan

b.    Dimensi Tindakan (action)
Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Adapun hal yang bisa dijadikan pertimbangan bagi guru adalah :
1)   Lakukan tindakan dan bukan ceramah
2)   Do not bargain
3)   Gunakan control kerja
4)   Nyatakan peraturan dan konsekuensinya

c.    Dimensi Penyembuhan
Dimensi penyembuhan dimaksudkan untuk membina kontrak social yang tidak jalan. Bentuk dari situasi ini :
1)   Siswa melanggar sejumlah peraturan sekolah
2)   Siswa menolak konsekuensi
3)   Siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah dibuat

Langkah-langkah yang dilakukan :
1)   Membuat rencana
2)   Menentukan waktu pertemuan
3)   Pemecahan masalah / kontrak individual
4)   Melakukan kegiatan tindak lanjut

3.    Contoh Masalah Pengalolaan Kelas (Disiplin)
a.    Pengertian Disiplin
Disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang diinginkan dari orang lain sampai batas-batas tertentu.
b.    Tertib Kearah Siasat
Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan siswa dimasa yang akan datang.
c.    Sumber-sumber Pelanggaran Disiplin
1)   Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah
2)   Kelompok besar siswa dikurangi hak-haknya
3)   Kurang memperhatikan kelompok minoritas
4)   Kurang dilibatkan dalam kegiatan tanggung jawab sekolah
d.   Penanggulangan Pelanggaran Disiplin
1)   Pengenalan Siswa
Pengenalan terhadap mereka dan latar belakang merupakan usaha penanggulangan pelanggaran disiplin. Berbagai alat bisa digunakan antara lain :
a)    Interest Inventory (pertanyaan tentang hobby, favorit, guru yang paling disukai/dibenci)
b)    Sosiogram (hubungan social psikologis dengan teman-temannya)
c)     Feedback letter (membuat karangan tentang perasaan terhadap sekolah mereka)

2)   Mengekspresikan perasaan
Berbagai cara dapat ditempuh, antara lain :
a)    Catastrophic Fak Taasis, yaitu dengan jalan menguji fikiran yang didasari suatu perasaan individu.
b)    Crips Box, yaitu suatu kotak disediakan di sekolah dimana setiap siswa dapat menyampaikan pengalamannya
c)     Tension Relaxation, yaitu santai, pejamkan mata, bayangkan ditempat yang disenangi tarik nafas dengan teratur.
d)    Role Playing, yaitu pemahaman diri dan temannya.

BAB III
PENUTUP
A.        KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa Pengelolaan Kelas sangat di butuhkan untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Terdapat beberapa pentingnya Pengelolaan kelas diantaranya :
1.    Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran
2.    Melanjutkan interaksi dengan siswa
3.    Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda
4.    Mengembangkan tata tertib
5.    Melaksanakan pengajaran
6.    Menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar
7.    Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran
8.    Membuat tes dan melakukan penilaian.

B.        SARAN
Apabila didalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan mohon dimaafkan, saya sangat mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca demi perbaikan makalah ini dan saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Mujiman, Haris. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Padmono. Manajemen Kelas. Solo. Universitas Sebelas Maret.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta:  Grasindo.
El-Fanany. 2013. Guru Sejati Guru Idola. Yogyakarta : Araska.
Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Referensi.
http://maritosukses.blogspot.com// (diakses pada tanggal 19 desember 2013)
http://catarts.wordpress.com// (diakses pada tanggal 19 desember 2013)
http://suleewdoanqkz.blogspot.com// (diakses pada tanggal 19 desember 2013)
http://sdnsatuba.blogspot.com// (diakses pada tanggal 19 desember 2013)













Moto