http://irfansyahsetiaku.blogspot.com/

Wednesday 17 July 2013

TEKS PIDATO B.INDONESIA ( KESIAPAN MENGHADAPI ERA INFORMASI )

KESIAPAN MENGHADAPI ERA INFORMASI


الحد لله القاءل : إن جاءكم فاسق بنباء فتبينوا إن تصيبوا قوما بجهلة, الصلاة والسلام على مركز الداءرة النبوة, وعلى اله واصحابه ومن تبع هداه (اما بعد )



Dewan hakim yang saya hormati
            Era globalisasi ini, merupakan ”the big bank of information era”, era menjamurnya berbagai media komunikasi dan informasi. Konsekwensinya, pada satu sisi melahirkan nilai-nilai positif nilai-nilai (plus). Namun di sisi lain, over loading informasi melahirkan desease of adaftation, penerimaan terhadap unsur-unsur asing tanpa mempertimbangkan baik ataupun buruknya. Ketika orang barat judi, masyarakat kita terlena dengan gapleh dan remi. Ketika orang barat terlena dengan minum-minuman keras masyarakat kita terjerumus kedalam budaya mabuk-mabukan, tenggak wisky, brandy, sampagne, bluogne, martine, vodka, AO, mensen, KTI, beer, bahkan yang paling berbahaya ketika wajah informasi kita bersekutu dengan tangan-tangan kapitalis yang usil dan nafsu-nafsu hedonis yang jahil, sehingga menjadi media erotis yang menebarkan pesona hipnotis iblis, dan menjadi media mithologis yang buta akan nilai-nilai etis theologis. Naudzu billahi min dzalik.
            Ini hadirin, baru sebagian kecil potret suram realitas ekses era informasi yang kita hadapi. Mengingat betapa pentingnya mencari solusi terhadap persoalan ini, KESIAPAN KITA MENGHADAPI ERA INFORMASI adalah tema pembicaraan yang akan kita sampaikan pada kesempatan ini.
            Lalu apa dan bagaimana yang harus dipersiapkan kita dalam mengghadapi era informasi ini? Sebagai jawabannya:
            Pertama, kita harus reaktif selektif terhadap setiap informasi yang diterima. Sikap ini sebagaimana diisyaratkan dalalm Al-qur’an surat Al-hujarat (45):6.


يأيها الذين أمنوا إن جاءكم فاسق بنباء فتبينوا إن تصيبوا قوما بجهلة

            Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

            Hadirin, menurut Imam At-tabrani yang bersumber dari Jabir bin Abdillah, secara tekstual sababun nuzul ayat ini berkenaan dengan kebohongan yang disampaikan al-walid bin Utsbah kepada Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah hampir terprovokasi melakukan tindakan destruksi maka turun tegurun:

إن جاءكم فاسق بنباء فتبينوا

            Jika datang seorang fasik membawa berita kepadamu maka tabayunlah!. Tabayun, menurut Imam Ali As-sobuni dalam Sofwatut tafasir, adalah : فتبينوا من صحة الخب
sedangkan dalam ilmu komunikasi, tabayun adalah melakuakan investigasi reporty, melakuakan chek and richek atau memilah dan memilih setiap informasi yang kita terima. Agar di era glogalisasi informasi dan di era informasi global ini, kita melakukan filterisasi terhadap setiap tayangan yang masuk, merasuk, dan menusuk ke rumah kita masing-masing. Betul.....?

                        Hidup jangan seperti pucuk bambu kemana angin berhembus kesana ia mengarah. Angin ke timur ikut ke timur, angin ke barat ikut ke barat. Orang barat merayakan valentine ikut merayakan valentine, orang barat main judi ikut maen gapleh, remi, domino, kasino, jisong, mahyong, 41, kiu-kiu. Tapi yang lebih berbahaya, ketika orang barat menayangkan adegan-adegan porno, masyarakat kita ikut terbuai oleh derasnya publisitas pornografi dan pornoaksi. Dampaknya, tidak sedikit anak muda kita yang terjangkit virus ”piktor”, pikiran kotor, mentalnya kendor, pikirannya slebor, karena sering nonton goyang ngebor, goyang vebrator, akhirnya ia mulai nyosor-nyosor pengen nyoba goyang ngebor. Naudzu billahi min dzalik.
                        Hal ini tidak boleh terjadi hadirin! Betul...? oleh karena itu, sikap kita harus seperti ikan di laut, airnya asin tapi ikannya tidak terbawa asin. Artinya, tidak mudah tergusur dan tergeser oleh tayangan-tayangan barat. Tuntunan tetap jadi tuntunan, tontonan tetap jadi tontonan. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Ali-imran (3):196-197 yang artinya :

            Janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh kagiatan orang kafir di dalam negeri (197) (itu hanyalah) kesenangan sementara, kemudian kediamannya neraka jahannam seburuk-buruknya tempat baringan.

                        Oleh karena itu, dalam menghadapi era informasi ini kita bukan hanya dituntut mencetak orang-orang pintar, teknokrat-teknokrat brilian, politikus-politikus cerdas, tapi kitapun dituntut mencetak orang-orang bener, pribadi-pribadi soleh serta individu-individu berbudi luhur berakhlakul karimah. Bagaimana caranya? Sebagai jawabannya tanamkan agama, tancapkan akidah, ukir kecintaan kepada Allah dan Rasulnya sejak dini, masukan anak-anak kita ke TKA/TPA, bimbing ke pesantren, aktifkan di mejelis-mejelis ta’lim. Kelak ia dewasa, saya yakin, ia akan pandai memilah dan memilih antara kah dan yang bathil. Jaman boleh berubah tapi akidah akidah tidak goyah, sepatu boleh jenggel tapi akidah tetap tebel. Amin ya rabbal alamien.


            Hadirin wal hadirat yang saya hormati
                        Kedua, dalam menghadapi era informasi, kita harus reaktif solutif dengan melakukan tafaqquh fiddin. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-qur’an surat At-taubah (9):122 yang artinya :

                        Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang) mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan dintara nereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

            Hadirin, yang kami hormati
                        Secara tekstual, menurut riwayat Ibnu Abi Hatim ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan sikap Arab Badawi yang lebih mengutamakan menyebarkan ilmu dari pada berperang bersama Rasulullah SAW. Dengan sinis kaum munafik berkata: ”celakalah kaum itu karena tidak turut berjihad bersama Rasulullah”, pada saat itu turunlah jawaban Allah sebagai legitimasi terhadap sikap arab badawi untuk melakukan tafaquh fiddin :

أي ليعملوا ما أنزل الله على نبيهم

                        Memperdalam agama yakni agar sebagian diantara mereka tetap memperluas ilmu dan memperdalam pengetahuan tentang segala hal, yang diturunkan Allah kepada nabi-Nya. Demikian penafsiran Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

                        Sedangkan tafakuh fi al-din secara filosofis adalah memperdalam semua ilmu Allah, baik ilmu berbasis efistemologis-antroposntris maupun ilmu yang berbasis efistemologis-theosentris. Sehingga kita tidak mempertentangkan antara kitab dengan buku, ustadz dengan guru, madrasah dengan sekolah, maupun ilmu umum dengan ilmu agama. Semua ilmu dari Allah dan harus diorentasikan untuk mencapai ma’rifatullah.
                         Dengan konsep ini hadirin, islam berhasil mencetak ilmuan serta filosuf muslim ternama. Kita kenal muhammad bin Musa al-Khawarizmi, penemu teori al-jabar,tokoh ilmu pasti terbesar sedunia; kita kenal Al-biruni, sejarahwan terkemuka dalam khazanah belantika cendekia; kita kenal Ibnu sina, tokoh filsafat dan ahli kedokteran termashur sedunia, dan masih banyak ilmuwan serta fiosof muslim lainnya yang dicatat dengan tinta emas sepanjang sejarah peradaban manusia.Mereka menjadi subjekpengembangan berbagai ilmu, baik ilmu filasafat, ilmu kimia, matematika, kedokteran, maupun teknologi komunikasi dan informasi.
                        Namun sayang seribu sayang, kejayaan islam tersebut kini yaris tinggal kenangan dan angan-angan, tinta emas sudah menjadi tinta kelam.Sebab umat islam hari ini, justeru menjadi objek bahken korban kemajuan sains dan  teknologi termasuk korban teknologi informasi. Tidak sedikit anak-anak kita lebih hafal michael jaksen,michael bolton, daari pada Mikail, Israfil, Izrail, Mingkar, Nakir, Rakib, ’Atid, Malik, Ridwan. Betul?’                           
                         Ini akibat rendahnya ilmu pengetahuan, sehinga mudah terbuai godaan dunia yang menyesatkan. Rasulullaah dengan tegas bersabda:

إذا عظمت الدنيا نزعت منها هيبة الإسلام


                         Apabila umatku terlalu mengagungkan masaqlah dunia, maka akan dicabut darinya kehebata islam.(HR.Turmudzi).
                         Sebab kalau ilmu tidak hebat, iman tidak melekat niscahya aka terbedaya oleh dunia yang memikat, terlena oleh pelukan maksiat, dan jadilah dia beban umat dan masyarakat. Na’udzubillah min dzalik.
                        Mengantisifasi hal tersebut, sayidina’Ali karromallahuwazha dengan tegas berkata:

حياة الفى والله بالعم والتقى إذا لم يكن لإ اعتبار لذاته

          demi Allah, eksisnya seorang pemuda adalah tergantung penguasaan ilmu dan taqwanya, jika rapuh ilmu dan lemah taqwanya maka dianggap tiada.

Hadirin rahimakumullah….
                        Dan ingatlah, wahai saudara-saudaraku setelah menyelam ke dasar samudra ilmu-Nya Allah, tugas selanjutnya :

ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون

Kita harus berani tanpil menjadi mundzirul, menjadi agent of social change, pelaku perubahan, bukan sebagai  penghambat perubahan apalagi korban perubahan.


Hadirin dan hadirat yang saya hormati
            Dengan demikian, dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa era informasi tidak selamanya berdampak positif, sedangkan mengantisifasi dampak negatifnya, para santri dituntut untuk selektif terhadap informasi yang diterima dan senantiasa tafaquh fiddin sebagai solusinya.

            Dengan upaya ini, saya yakin kita akan sanggup mengaruh derasnya era informasi, tanpa harus hilang kendali dan jati diri. Amin.   


Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
              





Jangan lihat masa lalu dengan penyesalan, dan jangan lihat masa depan dengan ketakutan
Tapi lihatlah sekitar kita dengan penuh kesadaran



SYAIR ABU NAWAS


شِعْرُ أَبُو نُوَاسٍ

إلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً  * وَلاَ أَقْوَى عَلَى نَارِ الجَحِيْمِ
فَهَبْ لِى تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِى * فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْمِ
إِلهى عَبْدُكَ العَاصِى أَتَاكَ   * مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعـَاكَ
وَعُمْرِي نَاقِصٌ فىِ كُلِّ يَوْمٍ  * وَذَنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ
ذُنُوْبِي مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمـَـالِ   * فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَلِ
فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلٌ * وَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُوْ سِوَاكَ

Ya Allah tiadalah pantas aku menghuni surgamu
                          * sungguh akupun takkan kuat menahan api nerakamu
Ya Allah terimalah taubatku dan ampunilah segala dosaku
                           * karena Engkaulah Yang Maha Pengampun
Ya Allah hambamu yang nista bersimpuh didepan-Mu
                           * hamba yang  berlumuran dosa namun tak malu memanggil nama-Mu
Usiaku makin berkurang setiap hari
                           *  dosaku makin bertambah hingga tak kuat lagi aku menanggungnya
Dosaku laksana butir-butir pasir yang tak terhingga
                           * terimalah taubatku wahai Yang Memiliki segala kemuliaan
Jika Engkau mengampuni hambamu ini, maka memang itu kewenangan-Mu

                           *  jika Engkau tak sudi, maka kepada siapa aku mengharap 

Moto